Selasa, 20 Desember 2011

Jangan meminta kepada makhluk, memintalah kepada Allah

Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang tertimpa kelaparan, lalu ia meminta-minta kepada manusia, kelaparannya tidak akan hilang. Dan barangsiapa tertimpa kelaparan, lalu mengadukannya kepada Allah swt., maka Allah swt. akan memberikan kepadanya rezeki yang akan ia dapatkan dengan segera atau terlambat sedikit. ( Hadits Riwayat Tirmidzi )

Keterangan
"Barangsiapa yang meminta-minta kepada manusia, kefakirannya tidak akan hilang." Maksudnya adalah keperluannya tidak akan terpenuhi. Jika hari ini ia meminta-minta untuk suatu keperluan dan secara lahiriah keperluannya sudah terpenuhi, maka besok akan datang lagi suatu keperluan yang lebih penting dari keperluan sebelumnya. Dan keperluannya akan terus datang. Jika ia menengadahkan tangannya ke hadapan Allah swt., maka keperluannya ini akan terpenuhi, dan keperluan yang lain tidak akan datang. Seandainya datang, Allah swt. yang akan menyelesaikannya.

Kabsyah r.a . berkata bahwa Rasulullah saw. menyebutkan beberapa perkara dengan bersumpah. Salah satu di antaranya adalah, "Barangsiapa yang membuka pintu meminta-minta kepada manusia, Allah swt. akan membukakan pintu kefakiran kepadanya. Juga terdapat hadits yang lain bahwa Rasulullah saw. bersabda dengan bersumpah seperti di atas yang diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Auf r.a.. Inilah sebabnya orang yang mengemis dari pintu ke pintu selalu dalam keadaan miskin dan sempit.

Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan, "Barangsiapa yang mengadukan kelaparannya dan keperluannya kepada Allah swt., Allah swt. akan menghilangkan kefakirannya dengan cepat, yaitu dengan kematian yang cepat atau datangnya kekayaan dengan cepat. Cepatnya kematian mempunyai dua pengertian. Yang pertama, jika waktuya telah dekat, maka Allah swt. akan mematikannya sebelum ia menanggung musibah yang berupa kelaparan. Kedua, matinya seseorang menjadi sebab ia menjadi kaya. Misalnya ia mendapatkan bagian yang sangat banyak dari harta warisan seseorang, atau ada seseorang ketika hendak mati berwasiat supaya sebagian dari hartanya diberikan kepada si Fulan.

Banyak kisah semacam ini dan tampak di depan mata. Di Makkah, sebagian orang yang hendak meninggal dunia berwasiat supaya hartanya dijual kemudian uangnya dikirimkan kepada seseorang yang bernama Fulan, yang tinggal di sebuah kota di India.
Kurdi adalah nama sebuah kabilah. Di sana terdapat seorang perampok yang terkenal. Ia menceritakan sendiri kisahnya, "Ketika saya sedang berjalan bersama teman-teman saya untuk merampok, pada saat dalam perjalanan kami duduk di sebuah tempat. Di sana kami lihat ada tiga pohon kurma. Dua pohon berbuah dengan lebatnya, dan yang satu kering. Seekor burung pipit berkali-kali datang mengambil buah kurma yang sudah masak dengan paruhnya dari pohon yang banyak buahnya, kemudian dibawanya ke pohon yang kering itu. Ketika melihat peristiwa itu, kami merasa sangat keheranan. Saya lihat burung itu pulang pergi hingga sepuluh kali untuk mengambil buah kurma dan membawanya ke pohon yang kering itu. Maka timbullah pikiran dalam diri saya untuk melihat apa yang dikerjakan burung pipit itu dengan buah-buah kurma tersebut. Sesampainya saya di atas pohon kurma yang kering itu, di sana saya lihat seekor ular yang buta sedang membuka mulutnya, dan burung pipit itu memasukkan buah kurma yang sudah masak ke dalam mulut ular itu. Setelah melihat kejadian tersebut, saya merasa mendapat pelajaran sehingga saya menangis. Saya berkata, "Tuhanku, ini ular yang diperintahkan oleh Nabi-Mu saw. untuk dibunuh. Karena ia buta, Engkau menugaskan seekor burung pipit untuk menyampaikan rezeki kepadanya, dan aku adalah hamba-Mu, orang yang telah berikrar mentauhidkan-Mu. Engkau telah menjadikan aku sebagai orang yang merampok harta orang lain." Pada saat itu terasa dalam hatiku bahwa telah terbuka untukku pintu taubat. Pada saat itu juga saya mematahkan pedang saya yang selalu aku gunakan untuk merampok. Lalu saya menjerit mengucapkan, "Ampunilah aku, ampunilah aku." sambil menaburkan debu di atas kepala saya. Lalu saya mendengar suara ghaib, 'Kami telah mengampunimu, Kami telah mengampunimu.' Dan ketika saya menghampiri teman-teman saya, mereka bertanya, 'Apakah yang telah terjadi pada dirimu?' Saya menjawab, 'Dahulu aku memutuskan hubungan dengan Allah swt., sekarang aku telah berdamai dengan-Nya.' Setelah mengucapkan perkataan tersebut, saya menceritakan semua kisah yang telah saya alami, sehingga mereka berkata, 'Kami juga berdamai dengan Allah swt.' Setelah itu mereka mematahkan pedang masing-masing, dan semua hasil rampokan kami tinggalkan, setelah itu kami membeli pakaian ihram, lalu kami berangkat ke Makkah. Setelah tiga hari tiga malam, sampailah kami di sebuah desa. Di sana kami bertemu dengan seorang wanita tua yang sudah buta matanya. Kemudian, sambil menyebut nama saya ia bertanya, 'Adakah di antara kalian orang Kurdi yang bernama Fulan?' Teman-teman saya menjawab, 'Ya, ada.' Lalu wanita itu mengeluarkan beberapa lembar pakaian dan berkata, 'Anakku sudah tiga hari meninggal dunia, ia meninggalkan pakaian-pakaian ini. Sejak tiga hari itu pula aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw., beliau bersabda, 'Berikanlah pakaian anakmu itu kepada si Fulan dari kabilah Kurdi.' Kemudian saya mengambil pakaian-pakaian tersebut, dan selanjutnya kami semua memakainya." (dari Kitab Raudh ).

Dari kisah tersebut terdapat dua pelajaran. Yang pertama adalah tentang rezeki dari Allah swt. untuk seekor ular yang buta. Kedua, pemberian pakaian dari Rasulullah saw.. Jika Allah swt. berkehendak untuk menolong seseorang, tidaklah sulit bagi Dia untuk menciptakan sebab-sebab pertolongan itu. Dialah Yang menciptakan penyebab kekayaan dan penyebab kefakiran. Dengan keberkahan taubat yang sungguh-sungguh, pemberian pakaian oleh Rasulullah saw. merupakan sesuatu yang patut dibanggakan. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Ibnu Abbas r.huma. meriwayatkan sabda Nabi saw., "Barangsiapa yang kelaparan atau ditimpa kemiskinan, sedangkan ia menyembunyikan hajat dan keperluannya dari orang lain, maka menjadi hak Allah swt. untuk menjamin rezeki yang halal selama satu tahun." ( Kitab Misykat ).

Dalam sebuah hadits disebutkan, "Barangsiapa yang mengalami kelaparan atau ditimpa kemiskinan, sedangkan ia menyembunyikan hajat dan keperluannya dari orang lain, dan ia hanya meminta kepada Allah swt., maka Allah swt. akan membukakan untuknya pintu rezeki yang halal selama satu tahun." (Kanzul-'Ummal).

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang meminta kekayaan kepada Allah swt., Allah swt. akan memberikan kepadanya kekayaan. Dan barangsiapa meminta kesucian dari sesuatu yang tidak baik kepada Allah, maka Allah swt. akan memberikannya. Dan tangan di atas (orang yang memberi) itu lebih baik dari tangan yang di bawah (orang yang meminta). Tidak seorang pun yang membuka pintu meminta-minta, kecuali Allah swt. akan membukakan baginya pintu kefakiran."

Ketika Ali Karramallahu Wajhah mendengar suara seseorang di Padang Arafah yang sedang meminta-minta kepada orang-orang, ia memukulnya dengan tongkat, lalu bekata, "Pada hari seperti ini, di tempat seperti ini, kamu meminta-minta kepada selain Allah swt."

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa barangsiapa yang membuka pintu meminta-minta, Allah swt. akan membukakan baginya pintu kefakiran di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa membuka pintu pemberian karena Allah swt., maka Allah swt. akan membukakan baginya pintu kebaikan di dunia dan akhirat. Dalam hadits yang lain disebutkan, “Barangsiapa yang membuka pintu meminta-minta, Allah swt. akan membukakan baginya pintu kefakiran. Seseorang yang membawa tali lalu mengumpulkan kayu bakar dan mengikatnya kemudian menggendongnya dan menjualnya, dan dengan hasil penjualan itu ia memenuhi keperluan hidupnya, itu lebih baik daripada meminta-minta, baik ia mendapatkan pemberian atau tidak." Dan dalam sebuah hadits yang lain disebutkan, "Barangsiapa yang membuka pintu pemberian dengan cara sedekah atau silaturahmi, maka Allah swt. akan memperbanyak baginya (yakni hartanya akan bertambah). Dan barangsiapa yang membuka pintu meminta-minta dengan niat untuk memperbanyak hartanya, kekurangannya akan semakin bertambah, yakni keperluannya akan terus meningkat, dan penghasilannya tidak akan bertambah." Imran bin Husain r.a. meriwayatkan sabda Nabi saw., "Barangsiapa menghadap Allah swt. dengan sungguh-sungguh, Allah swt. akan menanggung semua keperluannya, dan Allah akan memberikan rezeki yang tidak ia sangka-sangka. Dan barangsiapa yang hanya sibuk dengan dunia, maka Allah swt. akan menyerahkan orang itu kepada dunia (yakni Allah swt. akan memberinya sesuai dengan jerih payahnya)."

Abu Dzar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Aku berwasiat kepadamu supaya bertakwa kepada Allah ketika sendirian dan ketika di tengah-tengah orang banyak. Jika kamu telah melakukan dosa, maka (untuk menebusnya) kerjakanlah kebaikan. Janganlah meminta-minta kepada seorang pun. Janganlah kamu khianati amanah seseorang. Jangan menjadi hakim di antara dua orang karena ini pekerjaan yang sangat penting, tidak setiap orang mampu melakukannya)."

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang rela dengan yang sedikit, merasa cukup, serta bertawakkal kepada Allah swt, maka ia tidak akan merasa gelisah dalam mencari rezeki. Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa barangsiapa ingin menjadi orang yang paling kuat, hendaknya bertawakkal kepada Allah swt.. Dan barangsiapa ingin menjadi orang yang paling kaya, hendaknya ia lebih percaya kepada apa yang ada di sisi Allah swt. daripada apa yang ada di sisinya. Barang siapa ingin menjadi orang yang paling mulia, hendaknya bertakwa kepada Allah swt. ( Pengalaman menunjukkan bahwa takwa seseorang sangat berpengaruh kepada orang lain. Semakin bertakwa seseorang, kemuliaannya semakin bertambah dalam pandangan orang lain ).


Wahab rah. a. menukilkan firman Allah swt., "Ketika hamba-Ku bertawakkal kepada-Ku, seandainya bumi dan langit semuanya bersatu untuk memperdayakannya, maka Aku akan memberikan jalan keluar kepadanya.

Ibnu Abbas r.huma. berkata bahwa Allah swt. menurunkan wahyu kepada Nabi Isa a.s., "Bertawakkallah kepada-Ku, maka Aku akan menanggung semua kepeluanmu. Jangan jadikan selain Aku sebagai penolongmu, supaya Aku tidak membiarkanmu."

Dalam banyak hadits disebutkan bahwa anak laki-laki Auf bin Malik r.a. telah ditawan oleh orang-orang kafir dan dibiarkan kelaparan. Kemudian ia diikat denga tali yang terbuat dari kulit dan disiksa dengan kerasnya. Maka ia mengirim kabar kepada ayahnya dengan suatu cara, mengenai keadaannya, dengan tujuan supaya ayahnya memintakan doa kepada Rasulullah saw. untuk dirinya. Setelah Rasulullah saw. mengetahuinya, beliau bersabda, "Sampaikanlah pesan ini kepadanya: Takutlah kepada Allah swt., dan bertawakkallah kepada-Nya, setiap pagi dan sore bacalah ayat ini:


"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan ( keimanan dan keselamatan ) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling ( dari keimanan ), maka katakanlah, 'Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung." ( Q.s. At-Taubah: 128-129 ).

Setelah pesan ini sampai kepadanya, ia pun mulai membaca ayat tersebut. Pada suatu hari, tali-tali yang mengikat dirinya terputus dengan sendirinya. Setelah terlepas dari tahanan orang-orang kafir, ia berlari pulang dan membawa serta beberapa hewan orang kafir.
Ibnu Abbas r.huma. berkata, "Barangsiapa yang takut kepada kezhaliman seorang raja, kepada binatang buas, atau takut tenggelam di laut, maka bacalah ayat di atas, insya Allah ia tidak akan ditimpa musibah. Dalam sebuah hadits yang lain juga terdapat perintah supaya memperbanyak membaca:

Ayat di bawah ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang dialami anak laki-laki Auf bin Malik r.a.:


"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah swt., Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan memberikan rezeki dari jalan yang tidak ia sangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah swt., niscaya Dia akan mencukupinya."

Sahabat r.a. tersebut tidak menyangka bahwa rezekinya ditentukan dari harta orang-orang kafir yang sangat menzhaliminya.

Seorang wali berkata, "Saya beserta seorang teman saya tinggal di sebuah gunung. Kami sibuk beribadah setiap saat. Makanan teman saya hanyalah rerumputan. Untuk keperluan makan saya, Allah swt. telah menyediakan seekor rusa betina yang selalu datang kepada saya setiap hari, dan setelah mendekatkan diri kepada saya, ia akan berdiri sambil membuka kedua kakinya, lalu saya meminum susunya. Setelah selesai, rusa itu segera pergi. Peristiwa ini berlangsung cukup lama; rusa betina itu selalu datang kepada saya dan saya meminum susunya. Tempat teman saya di bukit itu jauh dari tempat saya. Pada suatu hari, ia datang kepada saya dan berkata, 'Ada satu kafilah/ rombongan yang berhenti di dekat tempat ini, marilah kita pergi kepada orang-orang di kafilah itu. Di sana mungkin kita akan mendapatkan susu dan bahan-bahan makanan yang lain.' Pada mulanya saya menolaknya, akan tetapi setelah ia memaksa saya, saya pun pergi bersamanya. Maka sampailah kami berdua ke tempat kafilah tersebut, kemudian mereka memberi makan kepada kami. Setelah selesai makan, kami pulang ke tempat masing-masing. Setelah itu, saya selalu menunggu kedatangan rusa betina itu pada saat-saat ia biasa datang, tapi ternyata ia tidak datang. Setelah menunggu beberapa hari, sadarlah saya bahwa karena dosa mengharap makanan dari kafilah tersebut, sehingga pintu rezeki saya telah ditutup."

Penyusun kitab Raudh berkata bahwa secara lahiriah, wali tersebut telah melakukan tiga dosa, yakni: 1) Ia telah meninggalkan tawakkal yang selama ini telah dijalaninya. 2) Ia bersikap tamak, tidak merasa cukup dengan rezeki yang telah diterimanya yang karenanya ia tidak perlu bersusah-payah. 3) Ia memakan makanan yang tidak halal, sehingga ia terjauh dari rezeki yang halal.


Kisah semacam ini mengandung pelajaran yang besar. Kadang-kadang, karena ketamakan kita sendiri, kita terjauh dari nikmat-nikmatnya Allah swt.. Dilihat secara lahiriah, dengan meminta-minta kita akan mendapatkan sesuatu. Akan tetapi karena meminta-minta itu merupakan perbuatan yang buruk, kita akan terjauh dari nikmat-nikmat Allah yang sesungguhnya akan kita dapatkan tanpa mencarinya dan tanpa meminta.
Imam Ahmad bin Hanbal rah.a. berdoa:

"Ya Allah, sebagaimana Engkau telah menjaga wajahku agar tidak bersujud kepada selain-Mu, begitu juga jagalah lisanku dari meminta-minta kepada selain Engkau."

Keluar ke Jalan Allah

Para Sahabat Keluar ke Jalan Allah

Sebanyak 150 jemaah telah dihantar dari Madinah dalam masa 10 tahun tersebut. Baginda s.a.w. sendiri telah menyertai 25 daripada jemaah-jemaah tersebut. Sebahagian jemaah tersebut terdiri daripada 10,000 orang, ada yang 1,000 orang, 500 orang, 300 orang, 15 orang, 7 orang dan sebagainya. Jemaah-jemaah ini ada yang keluar untuk 3 bulan, 2 bulan, 15 hari, 3 hari dan sebagainya. 125 jemaah lagi sebahagiannya terdiri daripada 1000 orang, 600 orang, 500 orang dan sebagainya dengan masa 6 bulan, 4 bulan dan sebagainya.

Sekiranya kita menghitung dengan teliti maka akan didapati purata masa yang diberikan oleh setiap sahabat untuk keluar ke jalan Allah dalam masa setahun ialah antara 6 hingga 7 bulan.


Sahabat keluar 5 tahun

Pada tahun 627M satu rombongan sahabat-sahabat Nabi S.A.W yang diketuai oleh Wahab bin Abi Qabahah dikatakan telah mengunjungi Riau dan menetap selama 5 tahun di sana (sebelum pulang ke Madinah)
(dipetik dari kitab 'Wali Songo dengan perkembangan Islam di Nusantara', )


Sahabat keluar 6 bulan

Bara’ Radiyallahu 'anhu meriwayatkan bahawa Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam telah mengutus Khalid ibne-Walid Radiyallahu 'anhu kepada penduduk Yamen untuk mengajak mereka masuk Islam. Bara berkata: Aku juga termasuk dalam jamaah itu. Kami tinggal di sana selama 6 bulan. Khalid radiyalaahu anhu selalu mengajak mereka untuk masuk Islam, tetapi mereka menolak ajakannya.

Kemudian Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam mengutus 'Ali ibne-Abi Talib Radiyallahu 'anhu ke sana dan memerintahkan kepada Khalid r.a. untuk kembali dengan seluruh jamaah kecuali salah seorang dari jamaah Khalid r.a. yang mahu menemani Ali r.a, maka ia boleh ikut serta dengan Ali r.a. Bara r.a berkata: Akulah yang menemani Ali r.a. selama di sana. Ketika kami betul-betul dekat dengan penduduk Yaman, maka mereka keluar dan dan dating kehadapan kami. Lalu Ali r.a. mengatur shaf mereka untuk mengerjakan solah dan Ali yang menjadi imam dalam solah kami.

Selesai solah, Ali r.a membacakan isi surat Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam kepada mereka. Setelah mendengar isi surat Rasulullah sallalaahu alayhi wasalam itu maka seluruh Bani Hamdan masuk Islam. Kemudian Ali r.a. menulis surat kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam yang isinya memberitahukan tentang ke-Islaman mereka kepada baginda. Setelah isi surat tersebut dibacakan kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam, maka baginda langsung sujud syukur kepada Allah Swt. Setelah mengangkat kepala, baginda berdoa: Keselamatan bagi Bani Hamadan. Keselamatan bagi Bani Hamadan. (Bukhari, Baihaqi, Bidayah-wan-Nihayah)
(Dipetik dari kitab Muntakhab Ahadith, bab Dakwah dan Tabligh,)


Keluar 4 bulan

Ibn Juraij berkata: “Ada seseorang yang menceritakan kepada saya bahawa pada suatu malam ketika Umar radiyalaahu anhu sedang berkeliling (ghast) di sekitar lorong-lorong kota Madinah, tiba-tiba beliau mendengar seorang wanita sedang melantunkan sya’ir:

”Betapa panjang malam ini dan betapa gelap di sekelilingnya, Daku tidak boleh tidur kerana tiada yang tersayang yang boleh ku ajak bercumbu Andai bukan kerana takut berdosa kepada Allah yang tiada sesuatu pun dapat menyamaiNya Sudah pasti ranjang ini di goyang oleh yang lainnya."
Ketika Umar r.a. mendengar sya’irnya itu, maka dia bertanya kepada wanita tersebut, “Apa yang terjadi padamu?” Wanita itu menjawab, “Saya sangat merindukan suami saya yang telah meninggalkan saya selama beberapa bulan.” Umar r.a. betanya, “Apakah kamu bermaksud melakukan hal yang buruk?” Wanita itu menjawab, “Saya berlindung kepada Allah.” Umar r.a. berkata, “Kuasailah dirimu! Sekarang saya akan mengutus orang untuk memanggil suami mu.”

Setelah itu Umar r.a. bertanya kepada anak perempuannya Hafsah r.anha, “Aku akan bertanya padamu mengenai sesuatu masalah yang membingungkan aku, mudah-mudahan kamu boleh memberi jalan keluar untukku. Berapa lama seorang wanita mampu menahan kerinduan ketika berpisah dari suaminya?” Mendengar pertanyaan itu, Hafsah r.anha menundukkan kepala merena merasa malu. Umar r.a. berkata, “ Sesungguhnya Allah tidak pernah merasa malu dalam hal kebaikan.” Hafsah menjawab sambil berisyarat dengan jari tangannya, “Tiga sampai empat bulan.” Kemudian Umar r.a. menulis surat kepada setiap amir (pimpinan) pasukan tentera Islam supaya tidak menahan anggota pasukannya lebih dari 4 bulan.”
(Riwayat Abdur Razzaq dalam kitab Al-Kanz Jilidl VIII, m/s.308).

Ibnu 'Umar (Radiallahu'Anhu) mengatakan bahawa pada suatu malam Umar r.a. keluar (untuk melihat ehwal orangramai), tiba-tiba beliau mendengar seorang wanita sedang bersya’ir:

"Betapa panjang malam ini dan betapa gelap di sekelilingnya Aku tidak boleh tidur kerana tida yang tersayang yang boleh kuajak bercumbu."

Kemudian Umar r.a. bertanya kepada Hafsah r.anha, berapa lama wanita dapat bertahan tidak bertemu dengan suaminya?” Hafsah r.anha menjawab, “Enam atau empat bulan.” Maka Umar r.a. berkata, “Untuk selanjutnya saya tidak akan menahan tentera lebih dari masa itu.”
(Hr. Baihaqi dalam kitabnya jilid IX m/s 29)
[seperti yang dipetik dari kitab Hayatus Sahabah, bab Al-Jihad]


Keluar 40 hari

"Seorang lelaki telah datang kepada Saiyidina Umar ibnu Khattab r.a. maka Saiyidina Umar r.a. pun bertanya: Di manakah engkau berada? Dijawabnya: Saya berada di Ribat. Saiyidina Umar r.a. bertanya lagi: Berapa hari engkau berada di Ribat itu? Jawabnya tiga puluh hari. Maka berkata Saiyidina Umar r.a.: Mengapa kamu tidak cukupkan empat puluh hari?
(Kanzul Ummal, Juzuk 2 muka surat 288, dipetik dari kitab 'Risalah ad Dakwah)


Keluar 3 hari

Daripada Ibnu Umar r.a. berkata: Nabi SAW telah memanggil Abdul Rahman bin Auf r.a. lalu bersabda: Siap sedialah kamu, maka sesungguhnya aku akan menghantar engkau bersama satu jama'ah maka menyebut ia akan hadis dan katanya: Maka keluarlah Abdul Rahman hingga berjumpa dengan para sahabatnya, maka berjalanlah mereka sehingga sampai ke suatu tempat pertama bernama Daumatul Jandal, maka manakala ia masuk ke kampung itu ia mendakwah orang-orang kampung itu kepada Islam selama tiga hari. Manakala sampai hari yang ketiga dapat Islamlah Asbagh bin Amru al Kalbi r.a. dan adalah ia dahulunya beragama Nasrani dan ia ketua di kampung itu.
(Hadith riwayat Darul Qutni, dipetik dari kitab 'Risalah ad Dakwah)

Methode Dakwah Khuruj Fie Sabielillaah

  • Methode Dakwah Khuruj Fie Sabielillaah

    Dialog di bawah adalah rangkuman dari sekian banyak dialog-dialog ane saat ada yang bertanya tentang Khuruj Fie Sabielillaah.. ane tidak hapal detail dialog ane satu persatu, tetapi di bawah ini adalah inti dari dialog-dialog tersebut disertai penjelas-penjelas lain yang diperlukan.. semoga bermanfaat..


    Penanya :
    adakah dalil untuk khuruj 3 hari, 40 hari, 4 bulan..?! jika tidak ada, itu adalah Bid’ah akhie..

    Aang :
    sebelum ane jawab, tolong jawab dulu pertanyaan ane.. karena jawaban dari antum nantinya adalah juga jawaban dari ane untuk menjawab pertanyaan antum..
    Jamaah antum punya banyak pondok pesantren.. betul..?! (penanya menganggukkan kepala)
    Bisakah antum sebutkan dalil membuat ponpes..?! apakah Rasulullah SAW punya ponpes..?! namanya apa ponpesnya..?! antum pernah tahu ada shahabat yang punya ponpes..?! apakah nama ponpesnya..?! bisa antum terangkan ke ane..?!

    Penanya : nah.. kalo orang buat ponpes itu khan sebuah methode.. methode untuk melakukan sebuah pengajaran agar lebih intensif lagi.. kalo harus pulang, kurang efektif pembelajarannya.. jadi, itu adalah sebuah methode akhie..

    Aang : nah.. khuruj 3 hari, 40 hari, 4 bulan adalah sebuah methode juga khan..?! sama dengan antum yaa akhie.. bagaimana agar manusia lebih efektif lagi belajar untuk memperbaiki diri, ishlah diri..
    Bagaimana jika ane bisa buktikan, bahwa banyak para penjahat kelas kakap bisa insyaf saat ane minta dia duduk ikut methode dakwah khuruj selama 3 hari bersama2 ane..?!
    Bagimana jika ane bisa buktikan, bahwa banyak para pemabok, penjudi dll dapat insyaf saat ane minta dia duduk ikut methode selama 3 hari di ponpes kilat khuruj dgn ane..?!
    Bagaimana jika ane bisa buktikan, bahwa banyak orang2 yang tidak shalat bisa menjadi orang yang tidak pernah mau meninggalkan shalat sekalipun asbab mau duduk 3 hari khuruj bersama2 ane..?!
    Bagaimana jika ane bisa buktikan, bahwa banyak orang yang tidak pernah ke masjid menjadi mau ke masjid dan tidak mau meninggalkan shalat berjamaah sekalipun setelah ikut khuruj 3 hari bersama2 ane..?!
    Bagaimana jika ane bisa buktikan, banyak manusia2 yang jauh sekali dari Allah kemudian bisa sangat dekat dan selalu menangis merindukan Allah hanya dengan methode khuruj 3 hari..?!

    Bukankah itu methode yang sangat efektif yaa akhie..?! saat banyak methode lain ternyata gagal membuat mereka insyaf, ternyata dengan methode khuruj 3 hari saja mereka bisa berubah total menjadi hamba Allah yang taat..?!

    Ada bbrp anak yang terlibat narkoba, berbagai macam cara dan methode telah dilakukan orang tuanya untuk membuat mereka insyaf.. tetapi gagal total.. dimasukkan ke salah satu ponpes yang bagus dan terkenal, hanya dalam hitungan hari mereka melarikan diri.. tetapi ternyata hanya dengan methode khuruj lah mereka bisa insyaf akan perbuatan jahatnya dahulu kala..
    masih banyak kisah yg lain jika antum mau, untuk membuktikan bahwa methode khuruj adalah methode yang sangat2 efektif untuk ishlah diri..

    Sekarang, mengapa antum katakana bid’ah methode orang lain.. dan mengapa antum tidak mengatakan bid’ah pada methode yang dibuat oleh jamaah antum sendiri, yaitu dengan membangun ponpes dan sekolahan-sekolahan..?! padahal Rasulullaah SAW tidak pernah membangun pesantren juga.. tidak ada dalil untuk membangun pesantren ataupun sekolahan-sekolahan..
    yang di dalamnya juga ada methode untuk menentukan masa/waktu, berapa lama dia lulus sebuah tahapan-tahapan di dalam sekolah2 tersebut..?!


    Penanya :
    mengapa harus menentukan waktunya..?! berapa lama khurujnya..?!

    Aang :
    saat antum mengikuti sebuah methode, tentu sudah diatur waktu yang sangat efektif untuk sebuah pembelajaran di dalam methode tersebut.. antum ketahui, di kantor2 ada diklat-diklat.. mereka yang menentukan berapa lama diklatnya sudah paham bahwa pembelajaran akan efektif jika dilakukan dengan jangka waktu sekian lama..

    Antum tahu pendidikan D1, D3, S1, S2 dan seterusnya.. mereka sudah paham berapa lama methoda pendidikan dan pembelajaran yang paling efektif dilakukan..
    Antum buat ponpes dan sekolahan-sekolahan.. antum akan membuat tahapan2 agar pembelajaran bisa berjalan efektif dan efisien..

    Nah.. menurut pengalaman yang ada.. ternyata khuruj 3 hari adalah waktu yang efektif digunakan untuk ishlah diri.. ada yang kurang..?! tidak dimarahi.. ada yang bisanya 1 hari, seperti pelajar dan mahasiswa.. maka waktu methodenya disesuaikan dengan kondisi mereka sebagai pelajar dan mahasiswa..

    Ada temen yg seorang karyawan, dia mengatakan, hanya punya waktu 2hari.. kami terima waktunya tersebut.. ternyata, setelah ikut 2 hari dia mengalami perubahan drastis.. yang shalatnya bolong2 bisa genap, bukan hanya itu, dia menjadi ahli shalat jamaah di masjid tanpa pernah ketinggalan satupun takbir yang pertama si imam shalat.. pada tahap selanjutnya, dia ada gairah untuk meningkatkan pengorbanannya lagi..

    Ada seorang teman yg pernah ane ajak untuk khuruj..saat hari 1 dan ke 2, dia tidak merasakan apapun.. dia merasa biasa2 saja, wong selama ini dia sudah merasa baik2 saja imannya.. tetapi, pada hari ke 3, dia merasakan getaran jiwa yang sangat luar biasa.. semangat untuk menghidupkan setiap sunnah Rasulullah SAW detail demi detal tiba2 melonjak tinggi sekali..sehingga, tidak ada lagi yg bisa membendung dia untuk menghidupkan sunnah.. walau celaan dan hinaan dia dapatkan, tidak menyurutkan dirinya untuk menghidupkan sunnah..

    Nah, dari cerita di atas, bisa diambil kesimpulan, ternyata jangka waktu 3 hari adalah jangka waktu yg sangat efektif membawa perubahan pada diri seseorang, walau kadang perubahan itu bisa terjadi di hari2 sebelumnya.. tetapi jika kita mau merangkum uraian tadi, maka 3 hari adalah waktu paling efektif untuk semua/kebanyakan orang..

    Bagaimana 40 hari..?! jika saja kita hanya menggunakan methode 3 hari saja, tentu misi untuk melakukan penyebaran agama ke tempat yang lebih jauh sulit terwujud.. nah, dengan methode 40 hari, perubahan bukan sekedar pada diri kita atau teman2 dekat kita saja.. yah, maklum.. jangka waktu 3 hari, ke mana kita bisa pergi yg efektif dlm rangka perbaikan umat..?! krn jarak yg bisa ditempuh dgn waktu yg singkat tersebut adalah tidak jauh.. paling2 dekat2 lingkungan kita saja.. jika jauh..?! waktu habis di jalan.. kapan bisa mengadakan program2 dakwah yg efektif..?!

    Dari pengalaman ane, saat ane khuruj 40 hari.. ane bisa mendatangi cukup banyak masjid dan bisa menempuh jarak yg lebih jauh dari sekedar 3 hari.. alhamdulillah, beberapa daerah bisa kami buka, dan banyak yg bisa ikut khuruj 3 hari di tempat2 tersebut.. saat kami tinggalkan, sudah ada orang2 yg siap melanjutkan kerja kami di kampung mereka sendiri2.. jadi, hidayah bukan hanya tersebar di daerah2 yang dekat2 dgn tempat tinggal ane.. jika saja tidak ada orang yg khuruj meninggalkan tempat tinggalnya jauh2 datang ke tempat ane, mungkin ane pun tidak tahu ada program/methode yang luar biasa ini.. orang2 yg selama ini bisa ane ajak untuk tobat dgn asbab khuruj pun tidak mengenal methode luar biasa untuk ishlah diri ini.. betul..?!

    Mengapa harus 40 hari, tidak 30 hari..?! mengapa juga Sekolah Dasar (SD) 6 thn dan SMP 3 thn..?! kenapa SMP tidak 4 thn sekalian..?! itulah methode tarbiyah, sudah dipertimbangkan masak2 waktu2 yang tepat.. bukankah 40 hari adalah jangka waktu hari yg istimwea juga dalam Islam..?!

    40 hari adalah jumlah hari saat Nabi Musa AS berada di gunung Sinai untuk mendapatkan wahyu kitab Taurat.. 40 hari adalah perintah Allah untuk menggenapi dari waktu 30 hari sebelumnya.. betul..?! buka QS Al A’raaf ayat 142.. hal ini juga dikisahkan dalam Injil (Keluaran 34:28)..

    40 hari adalah waktu yang digunakan Allah untuk melakukan perubahan2 pada diri bayi, mulai 40 hari I menjadi nuthfah, 40 hari ke II menjadi ‘alaqoh (segumpal darah)  kemudian 40 hari berikutnya menjadi mudhghoh.(segumpal daging).

    40 hari adalah jumlah waktu yang diistimewakan Allah, dengan hadits yang menerangkan Barang siapa mendirikan shalat selama 40 hari dengan berjamaah, dengan mendapatkan takbiratul ihram bersama imam, maka ia akan dibebaskan dari dua perkara, yaitu dari neraka dan dari kemunafikan" (H.R. Tirmidzi).

    40 hari dalah waktu yang digunakan Isa AS berpuasa, seperti dijelaskan dalam Injil (Matius 4;2 dan Lukas 4;2)…begitu pula puasa Nabi2 terdahulu..

    Jadi, manakala harus memilih kapan waktu yg terbaik digunakan untuk khuruj, dalam rangka memperbaiki diri dan menyebarkan methode perbaikan diri ke tempat yang lebih jauh lagi dari yg didapat dgn waktu yg hanya 3 hari, tentu sebagai muslim yang telah membaca dan mendengar keistimewaan waktu 40 hari di sisi Allah, maka kita akan lebih cenderung memilih waktu tersebut daripada waktu 30 hari atau yg lainnya.. lha wong Nabi Musa AS saja diperintahkan menggenapi dari 30 hari menjadi 40 hari..
    mungkin itu pula yg menjadi pertimbangan Umar bin Khaththab memerintahkan untuk menggenapi waktu menjadi 40 hari.. Seorang lelaki datang menemui Umar bin Khaththab ra. Umar bertanya kepadanya, “Dari mana kamu?” Jawab lelaki itu, “Aku baru berjaga di perbatasan (ribath).”Tanya Umar, “Berapa lama?”Jawabnya, “Tiga puluh hari.”Kata Umar, ‘Mengapa tidak kau genapkan selama empat puluh hari? (Kanzul Ummal [2/228])

    Bagaimana jika ada yang mau kurang dari 40 hari..?! Masyaikh di tempat kami pernah bertanya balik pada orang yang bertanya tentang mengapa harus 40 hari..
    “Kemudian Syaikh Muhammad Umar Palanpuri berkata, ” Baik, siapa yang siap Khuruj fi Sabilillah 40 hari ?” lalu ada seorang pemuda berdiri, dan berkata, ” Syaikh kenapa hanya 40 hari ? lalu Syaikh menjawab, “Baik siapa yang siap 39 hari??” (Sawanih Syaikh Muhammad Umar Palanpuri: II/87).”

    Jelas bukan yaa akhie..?!

    Sekarang, mengapa harus 4 bulan..?! bagaimana kita bisa menyebarkan methode perbaikan diri (ishlah diri) ke tempat yg lebih banyak dan lebih jauh lagi, jika sekedar 40 hari..?! nah, saat kita berpikir sebaiknya berapa lama waktu yang digunakan untuk ke tempat yg lebih banyak dan memungkinkan ke tempat yg lebih jauh lagi, Luar Negeri misalnya.. tentu kita akan berpikir, masa yg paling memungkinkan untuk ini, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan..?!
    saat itu tentu kita dihadapkan pada pilihan mana yang terbaik.. nah, saat itu pula kita tentu sebaiknya mengingat batasan yg pernah diberikan Umar bin Khaththab saat mengirim pasukannya, dengan pertimbangan kemashlatan umat, saat beliau mendengar jeritan hati keluarga/istri yg ditinggal suaminya..

    Umar r.a. bertanya kepada anak perempuannya Hafsah r.anha, “Aku akan bertanya padamu mengenai sesuatu masalah yang membingungkan aku, mudah-mudahan kamu boleh memberi jalan keluar untukku. Berapa lama seorang wanita mampu menahan kerinduan ketika berpisah dari suaminya?” Mendengar pertanyaan itu, Hafsah r.anha menundukkan kepala merena merasa malu. Umar r.a. berkata, “ Sesungguhnya Allah tidak pernah merasa malu dalam hal kebaikan.” Hafsah menjawab sambil berisyarat dengan jari tangannya, “Tiga sampai empat bulan.” Kemudian Umar r.a. menulis surat kepada setiap amir (pimpinan) pasukan tentera Islam supaya tidak menahan anggota pasukannya lebih dari 4 bulan.” (Riwayat Abdur Razzaq dalam kitab Al-Kanz Jilidl VIII, m/s.308). hal ini juga diceritakan dalam HR. Baihaqi dalam (kitabnya jilid IX m/s 29)..

    Saat menentukan waktu berapa lama kita keluar di jalan Allah, yang lebih lama lagi dari 40 hari, agar hidayah bs tersebar lebih banyak lagi, tentunya sebagai muslim kita coba mengambil rujukan yg sehubungan dengan lamanya waktu fii sabilillaah yg pernah ada, dengan mempertimbangkan segala hal seperti pertimbangan Umar bin Khaththab sang guru kita.. bukankah para shahabat itu guru kita juga..?! betul..?!

    Jadi, waktu untuk khuruj diambil dari pertimbangan-pertimbangan tersebut.. jika tidak di tentukan lamanya waktu, tentu orang2 akan se-enaknya sendiri dan sulit untuk tertib.. berangkat bareng sepuluh orang, hari ke-20 satu pulang, hari ke 40 2 pulang, hari ke- sekian lagi sekian jamaah yg pulang.. bagaimana bisa menentukan program di hari-hari berikutnya..?! ke mana jamaah akan bergerak.. betul..?! jika saja sudah ditentukan berapa lama jamaah bergerak, bersama-sama, tidak pulang sendiri-sendiri, tentu akan lebih tertib lagi gerak dari jamaah tersebut.. coba antum bayangkan, bagaimana gerak jamaah jika jamaah ke utara beberapa yg lain ke selatan krn mo pulang dengan alasan waktunya khan terserah sendiri-sendiri alias nafsi-nafsi, jamaah mau bergerak ke barat ehh ada yg ke timur karena mo pulang.. lama-lama amir/pimpinan jamaah stres krn ditinggal sendirian..
    Ya tho..?!
    sebagai pertimbangan antum, ane akan sampaikan beberapa ucapan masyaikh dalam Dakwah Tabligh :

    Penyusun kitab “kewajiban mengajak kepada kitab dan sunnah” berkata ” Aku bertanya kepada Syaikh Zainul Abidin, ” Apa pendapat kalian tentang khuruj 4 bulan dan 40 hari dalam setiap tahun ?  Dan apa dalilnya ? Beliau menjawab, ” Hal ini sekedar untuk (memudahkan pelaksanaan) tertib.”

    Syaikh Umar Palanpuri rah di dalam penjelasannya disalah satu ijtima’ berkata, ” kami tidak menemukan didalam Al-Qur’an dalil-dalil 4 bulan setahun dan juga jamaah jalan kaki.
    Bahkan yang kami temukan adalah Alloh telah membeli semua kehidupan dan harta kaum mukmin, dengan demikian, Alloh telah memerintahkan kami agar keluar (khuruj) setahun atau 4 bulan!  mengapa, yaitu agar kami membiasakan diri mengorbankan harta dan diri di jalan Alloh.
    Kemudian Syaikh berkata, ” Baik, siapa yang siap Khuruj fi Sabilillah 40 hari ?” lalu ada seorang pemuda berdiri, dan berkata, ” Syaikh kenapa hanya 40 hari ? lalu Syaikh menjawab, “Baik siapa yang siap 39 hari??” (Sawanih Syaikh Muhammad Umar Palanpuri: II/87).

    Sekarang antum tahu tentang methode khuruj dan waktu2 yg ditentukan dalam pelaksanan methode tersebut.. jika antum membid’ahkan methode ini karena kebencian tanpa pertimbangan2 yg lain, maka tidak salah jika ane juga akan membid’ahkan methode membangun pesantren dan sekolahan-sekolahan.. bukankah itu sama-sama methode tarbiyah..?!

    (Penanya diam saja, mungkin masih mencari celah untuk menyalahkan lagi)



    Penanya :
    bagaimana ilmu bisa dipelajari lengkap jika dengan khuruj yg hanya sebentar-sebentar di sebuah masjid atau mushalla..?! misal membuat pesantren sekalian..?!

    Aang :
    belajar ke-ilmuan dan berdakwah adalah dua hal yang sedikit berbeda.. khuruj adalah methode dakwah mengajak umat memperbaiki diri (ishlah diri), sedangkan pesantren adalah methode memperbaiki ke-ilmuan..
    memang ishlah diri juga bisa dilakukan di pesantren, tetapi itu hanya untuk ishlah diri sendiri orang yg ada di pesantren tersebut..
    sedangkan tujuan khuruj adalah menyebarkan hidayah bukan hanya untuk diri kita pribadi, tetapi juga pada setiap manusia yang pernah terlahir di muka bumi ini.. bagaimana caranya agar kita semua bisa kembali pada Allah.. itulah dakwah..

    Seorang anak kecil mengajak sang bapak agar menjalankan ibadah shalat, maka si anak tidak sedang mengajari ke-ilmuan pada sang bapak.. karena sang bapak sudah tahu bahwa shalat adalah rukun Islam ke-2 dan merupakan kewajiban bagi seorang muslim.. akan tetapi sang anak sedang berdakwah (menyeru/mengajak) pada sang ayah.. betul..?!
    Nah, saat sang anak mengajari cara2 ibdah shalat, maka sang anak sedang mengajari ke-ilmuan pada sang ayah.. betul..?!

    Karena asal kata dakwah dan ta’lim itu berbeda, artinya pun berbeda.. betul..?! dakwah dari asal kata du’aa, yad’uu, yang artinya menyeru/mengajak.. sedangkan ta’lim dari asal kata ‘alama, ta’allama artinya belajar.. dalam Al Quran ataupun hadits juga dibedakan kata dakwah dengan belajar menuntut ilmu.. betul..?! bacalah kumpulan dalil-dalil menuntut ilmu dan dalil-dalil dakwah, letaknya akan di tempat yg berbeda dalam kitab manapun..

    Alhamdulillah, dengan methode khuruj ini, banyak orang menjadi insyaf, banyak juga orang yang kemudian punya kekuatan untuk menghidupkan sunnah2 walau sebelumnya di antara mereka juga pernah hidup di lingkungan ponpes, banyak juga orang yang masuk Islam.. benar2 methode yang luar biasa..
    yang ane pernah baca, di www.eramuslim.com beberapa tahun yg lalu memberitakan bahwa perkembangan Islam di Prancis adalah perkembangan Islam terbesar di Eropa, dan pengaruh paling besar dalam perkembangan Islam tersebut dilakukan oleh Jamaah Dakwah wa Tabligh.. nah, yang cerita bukan ane, tetapi dari pihak lain.. maka itu lebih obyektif, bukan subyektif.. betul..?!

    Alhamdulillah juga, dengan methode khuruj banyak orang yang semakin bersemangat menuntut ilmu.. banyak ponpes-ponpes akhirnya bisa berdiri asbab dari orang2 yang khuruj.. banyak hafidz2 Al Quran bermunculan..
    kalo toh ada jamaah yg belum suka menuntut ilmu, dia harus keluar lebih lama lagi, agar mudzakarah2 tentang pentingnya menuntut ilmu, yg biasa dimudzakarahkan saat membahas sifat shahabat “ilmu ma’adz-dzikir”, bisa berkesan di dalam hatinya.. Insyaa Allah…

Apa sih Hukumnya Dakwah … ???

Sebelum kita membahas hukum dakwah, kita harus tahu dulu apa itu Dakwah ?

Ditinjau dari segi asal kata bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab, yang berarti "Panggilan, ajakan atau seruan". Dalam ilmu Tata Bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagai "Isim mashdar" (kata yang menunjukkan atas suatu makna yang tidak terikat oleh waktu), kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) " da’a-yad’u ",artinya memanggil, mengajak atau menyeru.

Satu orang anak kecil mengajak ayahnya shalat berjamaah ke mesjid, itu sudah termasuk dakwah.
Satu orang ayah memberikan nasehat agama kepada anaknya, itu sudah termasuk dakwah.
Satu orang ibu menyuruh anaknya supaya menutup aurat, itu sudah termasuk dakwah.

Jadi, dakwah itu mudah.

Nabi SAW tidak bisa baca dan tulis pun buat dakwah.

Apa sih Hukumnya Dakwah … ???

1. Sebuah rumah telah terbakar dan didalamnya ada satu orang gadis yang terjebak dalam kebakaran itu.
Apa sih Hukumnya menyelamatkan gadis tersebut … ???

Pernah kah kita berpikir apa hukumnya menyelamatkan satu orang gadis dari siksa api neraka yang 70 kali lebih panas dari api dunia. (Inilah dakwah)

2. Ketika kita berjalan-jalan di pantai dan melihat satu orang anak kecil mau tenggelam. Tindakan apa yang akan kita lakukan … ??? Tentu akan menolongnya, kalau kita tidak menolongnya maka kita akan dikatakan orang yang tidak punya perasaan dan peri kemanusiaan.

Ketika satu orang sudah tenggelam dalam lautan maksiat. Tindakan apa yang akan kita lakukan … ??? (Inilah dakwah).

Didalam hukum negara Indonesia ada sebuah kaidah. “Kita tidak melakukan kesahahan tetapi dihukum”
Contohnya :  Ketika kita berjalan-jalan di pantai dan melihat satu orang anak kecil mau tenggelam dan tidak menolongnya padahal disamping kita ada pelampung. Maka kita akan dinyatakan bersalah karena tidak menolong anak ini. (Untuk lebih jelasnya silahkan bertanya kepada yang faham masalah hukum)

3. Sebuah keluarga yang ayahnya ustadz dan ibunya ustadzah tetapi tidak mendakwahkan agama atau mengajarkan agama kepada anaknya sehingga anaknya tidak tahu masalah agama. Apakah tindakan ayah dan ibu ini baik atau tidak. (Inilah dakwah).

4. Ketika satu orang hendak bunuh diri meminum racun. Maka kita akan melarangnya
Ketika satu orang minum-minuman keras yang hukumnya dosa. Tindakan apa yang akan kita lakukan … ??? (Inilah dakwah).

5. Ketika satu orang berzina dengan ibu, adik, istri atau anak kita maka kita akan marah.
Ketika satu orang berzina dengan orang lain. Tindakan apa yang akan kita lakukan … ??? Padahal setiap orang tidak ingin ibu, adik, istri atau anaknya dizinahi. (Inilah dakwah).

Jadi, Apa sih Hukumnya Dakwah … ???
Silahkan dijawab sendiri …
Apakah kita tidak mau juga buat dakwah … ???

Tahap awal untuk mengenal usaha dakwah luangkanlah waktu 3 hari

Tafsir Surat Ali 'Imran 110

Tafsir Ibnu Katsir

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali 'Imran : 110)

Imam Bukhari berkata: dari Muhammd Bin Yusuf, darri Sufyan Ibn Maysarah, dari Abi Haazim dari Abi Hurairah Ra, (kuntum khairo ummah ukhrijat linnas) berkata: “sebaik-baik manusia untuk manusia yang lain yaitu datang kepada mereka dengan terbelenggu leher-leher mereka sampai mereka masuk ke dalam Islam, dan seperti ini yang dikatakan oleh Abu Hurairah, Mujahid dan ‘Ithiyah al-‘Ufi, Ikrimah, Ata dan Ar-Rabi’ Ibnu Anas (kuntum khairo ummah ukhrijat linnas) kalian adalah umat yang terbaik yang dihantar untuk manusia

Yakni umat yang terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia. Dengan kata lain, mereka adalah sebaik-baik umat dan manusia paling bermanfaat umat manusia. Firman Allah SWt selanjutnya : menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syarik dari Sammak dari Abdullah ibnu Umairah dari Durrah binti Abu Lahab menceritakan : Seorang lali-laki berdiri menunjukkan dirinya kepada Nabi SAW yang saat itu berada diatas mimbar. Lalu lelaki itu bertanya, “Wahai Rasulullah siapakah manusia yang terbaik?”. Nabi SAW menjawab : “Manusia yang terbaik adalah yang paling pandai membaca Al Qur’an dan paling bertaqwa diantara mereka kepada Allah dan paling gencar melakukan amal ma’ruf nahi munkar terhadap mereka dan paling gemar diantara mereka bersilaturrahmi.

Imam Ahmad dalam kitab musnadnya, Imam Nasai’ dalam kitab sunannya dan Imam Hakim dalam kitab Mustadraknya telah meriwayatkan dari hadits Sammak dari Sa’id Ibnu Jubair dari Ibnu Abbas sehubungan

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (QS. Ali 'Imran : 110)
Bahwa mereka adalah orang yang berhijrah bersama Rasulullah dari Mekkah ke Madinah.
Pendapat yang benar mengatakan bahwa ayat ini mengandung makna umum mencakup semua umat ini dalam setiap generasinya, dan sebaik-baik generasi adalah orang-orang yang Rasulullah diutus dikalangan mereka, kemudian orang sesudah mereka, kemudian orang sesudah mereka.
Makna ayat ini sama dengan makna ayat lain

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan (QS. Al Baqarah : 143)

Yang dimaksud dengan wasatan ialah yang terpilih.

agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia (QS. Al Baqarah : 143) hingga akhir ayat
Didalam kitab musnad Imam Ahmad, Kitab Jami’ imam Turmidzi, kitab Sunan Ibnu Majah dan kitab Mustadrak Imam Hakim disebutkan melalui riwayat Hakim Ibnu Mu’awiyah ibnu Haidah dari ayahnya telah menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda :

“Kalian adalah umat yang ke tujuh puluh, kalian yang paling baik dan paling mulia menurut Allah SWT”

Hadits ini cukup terkenal (mahsyur), Imam Turmidzi menilainya berpredikat Hasan.

Tafsir Qurthubi

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali 'Imran : 110)

Firman Allah SWT di atas merupakan pernyataan dari Allah SWT bahwa umat Sayyidina Muhammad SAW, yakni kaum muslimin, sebagai umat yang terbaik di antara umat manusia di muka bumi. Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya mengutip sebuah hadits dari Bahz bin Hakim bahwa tatkala membaca ayat ini Rasulullah SAW Bersabda : “Kalian adalah penyempurna dari 70 umat, kalian yang terbaik di antara mereka dan termulia di sisi Allah” (HR. At Tirmidzi).

Predikat tersebut sama dengan predikat “ummatan wasathan” yang Allah sebut dalam firman-Nya:
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS. Al-Baqarah : 143)

Menurut Ibnu Abbas r.a, sebagaimana dikutip Imam Al Qurthubi, kelompok orang yang berpredikat umat terbaik yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang berhijrah dari Mekkah ke Madinah, yang ikut dalam perang Badar, dan ikut dalam perjanjian Hudaibiyah. Namun Umar bin Khaththab mengatakan bahwa siapa saja yang beramal seperti mereka, levelnya seperti mereka.

Tentang tak perlu dipertentangkannya apakah yang terbaik di antara umat Islam ini, yang awal ataukah yang akhir, Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya mengutip sebuah riwayat hadits bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Umatku bagaikan hujan, tak diketahui, yang lebih baik itu yang pertama ataukah yang terakhir” (HR. Abu Dawud At Thayalisi dan Abu Isa At Tirmidzi).
Keunggulan kaum muslimin yang menjadi umat terbaik ini di antara umat manusia disebut oleh Abu Hurairah r.a. dalam ucapannya : “Kami adalah yang terbaik di antara manusia, kami mengarahkan mereka untuk menapaki jalan mendaki menuju kepada Islam”.

Dan dengan cepatnya umat terbaik yang senantiasa membimbing umat manusia ke jalan Islam, mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia, membuka berbagai wilayah bagi tegaknya kedaulatan Islam, serta mendapati umat manusia dari berbagai bangsa, bahasa, negara, dan adat istiadat menerima Islam sebagai keyakinan dan tataaturan hukum buat kehidupan mereka.
Mereka mengarahkan pikiran umat manusia dengan cara yang argumentatif logis sebagaimana diajarkan oleh Allah SWT agar senantiasa mengajak manusia berpikir dengan bukti-bukti yang nyata, yakni dakwah bil hikmah sebagai mana firman Allah SWT

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An Nahl : 125).

Apabila ada halangan fisik terhadap dakwah, mereka dengan gagah berani menyingkirkan halangan fisik itu dengan jihad fi sabilillah. Dan karena mereka adalah manusia unggulan, dalam perang pemikiran maupun perang fisik pun mereka senantiasa unggul. Allah SWT menjamin kualitas unggulan mereka dalam firman-Nya :

“Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu'min itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti” (QS. Al Anfaal : 65).

Jelaslah bahwa kualitas umat terbaik itu dibandingkan dengan orang-orang kafir, atau umat-umat lain, adalah 1 orang muslim bisa mengalahkan 10 orang kafir. Itu dalam kondisi prima, dalam kondisi kaum muslimin ada kelemahan, Allah SWT masih memberikan garansi bahwa kaum muslimin akan sanggup mengalahkan kekuatan orang kafir yang jumlahnya dua kali lipat kekuatan mereka sebagai mana firman Allah SWT :

Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Anfaal : 66).

keunggulan umat Islam itu dengan syarat memenuhi sifat-sifat yang disebut dalam ayat itu. Ada tiga sifat yang dimiliki oleh umat pengemban risalah Muhammad saw ini yang menyertai predikat anugerah Allah SWT sebagai umat yang terbaik, yakni: (1). Menyuruh kepada yang ma’ruf, (2). Mencegah dari yang munkar, (3). Beriman kepada Allah SWT, sebagaimana terdapat dalam lafazh:
“Kalian menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.

Itulah tiga sifat yang menjadi unsur-unsur kebaikan umat Muhammad saw. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa iman kepada Allah SWT tentu harus ada terlebih dahulu sebelum dua hal yang lain., yakni amar ma’ruf dan nahi munkar. Demikian pula, umat yang terbaik itu mesti iman kepada risalah Islam. Sebab aktivitas amar ma’ruf nahi munkar tidak ditentukan oleh tradisi masyarakat, melainkan oleh syariat yang diturunkan Allah SWT.

Tafsir Jalalain

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali 'Imran : 110)
 (Adalah kamu) hai umat Muhammad dalam ilmu Allah swt. (sebaik-baik umat yang dikeluarkan) yang ditampilkan (buat manusia, menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar serta beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, adalah ia) yakni keimanan itu (lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman) misalnya Abdullah bin Salam r.a. dan sahabat-sahabatnya (tetapi kebanyakan mereka orang-orang yang fasik) kafir.

Tafsir Depag

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali 'Imran : 110)

Ayat ini mengandung suatu dorongan kepada kaum mukminin supaya tetap memelihara sifat-sifat utama itu dan supaya mereka tetap mempunyai semangat yang tinggi.
Umat yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat, yaitu mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah. Semua sifat itu telah dimiliki oleh kaum muslimin di masa nabi dan telah menjadi darah daging dalam diri mereka karena itu mereka menjadi kuat dan jaya. Dalam waktu yang singkat mereka telah dapat menjadikan seluruh tanah Arab tunduk dan patuh di bawah naungan Islam, hidup aman dan tenteram di bawah panji-panji keadilan, padahal mereka sebelumnya adalah umat yang berpecah belah selalu berada dalam suasana kacau dan saling berperang antara sesama mereka. Ini adalah berkat keteguhan iman. dan kepatuhan mereka menjalankan ajaran agama dan berkat ketabahan dan keuletan mereka menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran. Iman yang mendalam di hati mereka selalu mendorong untuk berjihad dan berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan sebagaimana tersebut dalam firman Allah:

Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul Nya. kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar". (QS Al Hujurat : 15)

Jadi ada dua syarat untuk menjadi sebaik-baik umat di dunia, sebagaimana diterangkan dalam ayat ini, pertama iman yang kuat dan; kedua menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran. Maka setiap umat yang memiliki kedua sifat ini pasti umat itu jaya dan mulia dan apabila kedua hal itu diabaikan dan tidak diperdulikan lagi, maka tidak dapat disesalkan bila umat itu jatuh ke lembah kemelaratan.

Maulana Ilyas rah.a

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali 'Imran : 110)

Wahai manusia, engkau adalah seperti halnya para Nabi yang dijadikan asbab untuk membenarkan para Nabi. Oleh karena itu, jadikanlah taklimnya dan akhlaknya menjadi suri teladan.

Maksud lafazh “ukhrijat” adalah memberi isyarat pada suatu tempat untuk benar-benar membuat usaha. Sekalipun kita tidak bekerja, tetapi sekurang-kurangnya perlu untuk memberangkatkan jamaah khuruj. Tugas kita adalah amar ma’ruf nahi munkar.

Dengan amar ma’ruf nahi munkar, keimanan kalian akan bertambah. Jika kalian tidak melakukannya, maka iman tidak akan meningkat. Oleh karena itu kita harus berniat untuk mengambil manfaat darinya.

Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" (QS. Ash Shaff : 14)

Rasulullah SAW mengajak orang yang beriman (ahlul iman) untukmenolong agama dengan perantaraan wahyu Allah dan berkata, “Jihad tidak harus selalu menggunakan pedang, tetapi berusaha menyampaikan agama kepada setiap manusia dan mengajak untuk menolong agama juga termasuk jihad. Kita mengajak kepada umat yang benar-benar ahlul imanuntuk menyambut ajakan Allah ini. Oleh karena itu, setiap orang beriman hendaknya meluangkan waktu untuk mendakwahkan agama kesetiap rumah dengan membentuk rombongan khuruj fi sabilillah. Menelusuri lorong demi lorong, rumah demi rumah, kota demi kota dengan bersabar menghadapi kesulitan dan mengajak manusia dengan baik untuk memperjuangkan agama.

Maulana Muhammad Zakariyya rah.a

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali 'Imran : 110)

Banyak hadits Rasulullah yang menerangkan bahwa ummat Islam adalah ummat yang termulia di antara ummat lainnya. Dan banyak pula ayat Al Qur’an yang menyatakan demikian, baik dengan jelas maupun dengan isyarat. Dalam ayat di atas, Allah SWT telah memuliakan kita sebagai ummat yang terbaik. Dan Allah SWT pun telah menyebutkan syaratnya yaitu selama kita berdakwah mengajak ummat ini kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Para ahli tafsir mengatakan bahwa dalam ayat ini, kalimat amar ma’ruf nahi munkar disebutkan lebih dulu daripada iman kepada Allah. Padahal, iman adalah pangkal segala amalan. Tanpa iman, kebaikan apapun tidak akan bernilai sedikitpun di sisi Allah. Hal ini terjadi karena iman juga dimiliki oleh ummat terdahulu. Tetapi ada suatu amalan khusus yang menjadikan ummat Muhammad saw lebih unggul dibandingkan dengan ummat-ummat sebelumnya, yaitu tugas amar ma’ruf nahi munkar. Inilah penyebab utama, ummat Muhammad saw lebih istimewa daripada ummat lainnya. Meskipun demikian, iman tetap ditekankan dalam ayat ini, karena amal apapun tidak akan bernilai tanpa iman.

Dan maksud utama ayat tersebut adalah menyebutkan pentingnya amar ma’ruf nahi munkar bagi ummat ini. Oleh karena itu, ia disebutkan terlebih dahulu daripada iman. Maksud adanya amar ma’ruf nahi munkar sebagai sesuatu yang menjadikan ummat ini lebih unggul adalah, hendaknya ummat ini memperhatikannya secara khusus. Sehingga bertabligh secara sambil lalu, tidaklah memenuhi syarat. Sebab, tabligh sebagai tugas tambahan pun sudah ada pada ummat-ummat sebelumnya, sebagaimana firman Allah SWT, “ Ketika mereka lalai dari mengingatkan.” Peringatan seperti ini banyak disebutkan dalam ayat-ayat lainnya. Jadi, kelebihan ummat ini terletak pada perhatian khusus dalam dakwah. Oleh sebab itu, hendaknya dakwah dilaksanakan sebagai pekerjaan yang pokok sebagaimana kerja-kerja agama atau dunia lainnya.

Pertanyaan 50 soal buat Imam Ali Terbukti di jawab !!! 50 Soal Kepada Imam Ali ra


1- Bilangan berapakah yang dapat dibagi 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9?
Imam Ali dalam keadaan menunggang kuda segera menjawab: “Kalikanlah hari-hari tahun dengan hari-hari minggu” ketika itu beliau as mengendalikan kudanya dan pergi.
Penjelasan ucapan Imam Ali as: Jika 360 (yang pada waktu itu masyhurnya adalah hari-hari tahun berjumlah 360) kita kalikan 7 (hari-hari minggu), maka hasil pengaliannya akan berjumlah 2520, yakni:
360 x 7 = 2520
Bilangan tersebut dapat dibagi 2 karena bilangan genap. Dapat dibagi 3 karena jumlah angka-angkanya akan berlipat 9 sementara bilangan 9 dapat dibagi 3, maka 2520 juga dapat dibagi 4 karena 20 yang adalah dua angka sebelah kanan bilangan dapat dibagi 4. Maka bilangan ini dapat dibagi 4 dan oleh karena bilangan ini diakhiri dengan 0 maka dapat juga dibagi 5 dan karena dapat dibagi 2 dan 3, maka dapt juga dibagi 6 dan karena bilangan tersebut adalah hasil pengkalian 360 x 7 maka dapat dibagi 7 dan karena tiga angka sebelah kanannya dapat dibagi 8, maka bilangan ini menerima pembagian angka 8 dan karena jumlah angka-angka ini adalah bilangan 9 maka dapat juga dibagi 9 dan karena diakhiri dengan 0 maka dapat dibagi 10.
[Rah-e Takamul (Jalan Kesempurnaan), jilid 2, hal 220, Ustad Ahmad Amin seorang ahli matematika terkenal di Iraq]

2- Siapakah orang yang melihat pada malam dan siang hari?
Amirul Mukminin Ali as dalam menjawab pertanyaan “Ibnu Kawwa’” berkata: Bertanyalah tentang hal yang bermanfaat bagimu dan janganlah engkau tanyakan pertanyaan-pertanyaan semacam ini yang tidak banyak berfaedah. [Dari sebagian pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepada Imam Ali as ini juga menunjukkan kemazluman ilmiah dan kultural beliau as, bagaimana lautan ilmu tersebut tertimpa musibah orang-orang seperti ini yang tidak menanyakan hal-hal bersifat ilmiah, permasalahan-permasalahan serius dan menyelesaikan problema selain teka-teki dan soal-soal yang ketinggalan zaman]

Imam Ali dengan terpaksa [mungkin dengan maksud seperti ini bahwa agar mereka tidak mengatakan beliau as tidak mampu menjawab soal tersebut] berkata: Yang melihat pada malam dan siang hari adalah seorang yang beriman kepada para nabi-nabi terdahulu dan semasa dengan Nabi Islam saw serta menerima agama beliau saw [wujud nyata ucapan beliau as adalah “Sharamah bin Abi Anas”] dan yang melihat pada siang hari adalah seorang yang tidak beriman kepada para nabi terdahulu, semasa dengan Nabi Islam saw dan beriman kepada beliau saw [yang mayoritas sahabat dan kaum Muslimin permulaan Islam adalah wujud nyatanya] dan yang melihat pada malam hari dan buta pada siang hari adalah seorang beriman kepada para nabi sebelumnya akan tetapi tidak menerima agama Islam [yang di antara wujud nyatanya adalah Umayyah bin Shalt].
[Qadha’ Amiril Mukminin as, Allamah Syusytar, hal 101 dan 102]

3- Putera manakah yang lebih besar dari ayahnya?
Beliau as menjawab: Ia adalah Uzair yang dihidupkan oleh Allah swt dan ia berusia 40 tahun sementara puteranya 110 tahun.

Keterangan: Ketika Uzair dengan kehendak Allah swt memejamkan mata untuk selamanya, ia berusia 40 tahun sementara puteranya ketika itu berusia 10 tahun dan setelah 100 tahun, Allah swt menghidupkannya kembali yang mana Uzair ketika itu sedikitpun tidak berbeda dari sisi jasmani dan raut muka dan berlalunya waktu tidak mempengaruhi badannya; oleh karena itu dari sisi dhahir puteranya lebih tua dan berusia 110 tahun akan tetapi sang ayahmenampakkan usia 40 tahun.

4- Berapakah ukuran diameter matahari?
Imam Ali as berkata: 900 mil dalam 900 mil.
Keterangan ucapan Imam Ali as: Jelas bahwa mil dalam Islam adalah 4000 dhira’[1] (kubik). Jika ukuran dhira’ tangan normal kita bandingkan dengan inci dan kita ganti 4000 dhira’ dengan inci dan setelah itu kita rubah dengan yard dan mil (dengan istilah Eropa) maka kita akan lihat 810.000 mil Islam sama dengan ukuran yang dikatakan oleh para ahli dalam bidang orbit yaitu diameter matahari sama dengan 865.380 mil ukuran Eropa dan 1760 yard.
[Rah-e Takamul, Ustad Amin, jilid 2, hal 235]

5- Dua bersaudara manakah yang terlahir dalam satu hari dan meninggal dunia pada hari yang sama akan tetapi usia salah satunya 50 tahun dan yang lain 150 tahun?!
Dalam menjawab pertanyaan ini Imam Ali as berkata: “Uzair dan saudaranya, Azrah” atau Aziz yang lahir pada hari yang sama  dan Uzair meninggal dunia pada usia 100 sementara ketika ia kembali dihidupkan saudaranya sangat tua renta, namun ia masih berusia 50 tahun.
Catatan: Di dalam beberapa riwayat terjadi perbedaan pendapat apakah Uzair mengalami hal yang sangat menakjubkan ini pada usia 40 tahun atau pada 50 tahun? Yang tentu saja mana yang benar tidaklah penting dan yang menjadi kesepakatan umum dan ditegaskan oleh al-Quran adalah ia meninggal selama 100 tahun dan setelah itu dihidupkan kembali.

Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) Telah roboh menutupi atapnya. dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri Ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, Kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu Telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan Lihatlah kepada keledai kamu (yang Telah menjadi tulang belulang); kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan kami bagi manusia; dan Lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, Kemudian kami menyusunnya kembali, Kemudian kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala Telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang Telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."[2]

6- Keadilan lebih baik atau kedermawanan?
Imam Ali as dalam menjawab pertanyaan ini berkata: “Keadilan” menempatkan hal-hal pada tempatnya, sementara kedermawanan mengambilnya keluar dari arah-arahnya; keadilan adalah pengurus umum sedang kedermawanan adalah manfaat khusus., maka keadilan lebih utama di antara keduanya.
[Nahjul Balaghah, hikmah 437]

7- Berapa tahunkah Ashabul Kahfi terlelap di gua?
Imam Ali as dalam menjawab pertanyaan seorang Yahudi berkata: 309 tahun (berdasarkan al-Quran). Orang Yahudi berkata: Kita mendapatkan dalam kitab kita 300 tahun. Imam Ali as berkata: Apa yang aku katakan adalah tahun Qamari (perhitungan perputaran bulan) dan apa yang engkau katakan adalah tahun Syamsi (perhitungan perputaran matahari).
Allamah Hasan Zadeh Amuli berkata: “Perbedaan tahun Syamsi dan Qamari dalam 300 tahun adalah 9 tahun dua bulan dan beberapa hari yang biasanya jika penyebutan pecahan tidak berarti maka akan dijatuhkan. Dan perhitungan seperti ini adalah benar dalam ukuran perbedaan tahun Syamsi dan Qamari dalam 300 tahun…”
[Hezar Va Yek Nukteh (Seribu Satu Poin), hal 363]

8- Manakah tempat yang tidak memiliki kiblat?
Di dalam Ka’bah.

9- Manakah tempat terbaik dan paling suci yang shalat di atas atapnya tidak dianjurkan?
Ka’bah.

Keterangan: Imam Khumeini ra dalam hal ini berfatwa: “Makruh shalat wajib di dalam rumah Ka’bah dan di atas atapnya akan tetapi dalam kondisi terpaksa tidak ada halangan.” [Masalah 891]
Ayatullah Araki, Ayatullah Gulbaigani dan Ayatullah Fadhil Lankarani berkata: “Ihtiyath wajib adalah tidak mendirikan shalat wajib di dalam rumah Ka’bah dan di atas atapnya akan tetapi dalam kondisi terpaksa tidak ada isykal (tidak apa-apa).”

Ayatullah Khu’i dan Ayatullah Mirza Jawad Tabrizi berfatwa: “Ihtiyath wajib adalah tidak mendirikan shalat wajib di atas atap rumah Ka’bah dalam kondisi ikhtiar (tidak terpaksa) akan tetapi shalat sunnah tidak apa-apa bahkan disunnahkan mendirikan shalat dua rakaat  di dalam rumah Ka’bah di hadapan setiap sudutnya akan tetapi shalat di atas atap Ka,bah –baik shalat wajib atau sunnah- terdapat isykal.”
[Silahkan merujuk: (Taudhihul Masail-e Maraji’)]

10- Apakah yang tidak diketahui oleh Allah swt?
Ucapan Yahudi yang mengatakan “Uzair putera Allah” dan Allah swt tidak memiliki putera dan ucapan ini tidak dibenarkan oleh Allah swt.

11- Apa yang tidak dimiliki oleh Allah swt?
Sekutu.

12- Apa yang tidak ada di sisi Allah swt?
Kezaliman terhadap hamba.

13- Apakah yang lebih besar dari langit?
Tuduhan terhadap orang yang tidak berdosa.

14- Apakah yang lebih luas dari bumi?
Kebenaran.

15- Apakah yang lebih dingin dari zamharir (dingin yang luar biasa)?
Kebutuhan seorang kepada orang yang bakhil.

16- Apakah yang lebih kaya dari laut?
Perut yang qana’ah (merasa cukup dengan hal yang sedikit).

17- Apakah yang lebih keras dari batu?
Hati orang kafir.

18- Apakah yang dimiliki oleh manusia akan tetapi tidak dimiliki oleh Allah swt?
Istri dan anak.

19- Apakah yang selalu berkurang akan tetapi tidak dapat bertambah?
Umur manusia.

20- Apakah yang selalu bertambah akan tetapi tidak berkurang?
Air laut.

21- Apakah yang selalu bertambah dan berkurang?
Bulatan dan cahaya bulan.

22- Apakah yang dari setiap penjurunya adalah mulut?
Api.

23- Apakah yang seluruhnya adalah “kaki”?
Air.

24- Apakah yang seluruhnya adalah “mata”?
Matahari.

25- Apakah yang sama dengan buah-buahan surga?
Al-Quran (karena setiap kali kita memanfaatkannya dan menggunakannya, ia tidak akan berkurang dan selalu memberikan kenikmatan kepada manusia dan senantiasa baru dan segar)

26- Siapakah orang yang tidak mengharapkan surga Allah swt?
Orang yang tergolong dari auliya’ (wali-wali) Allah swt yang beribadah kepada Allah swt tanpa mengharap surga dan takut neraka.

27- Apakah yang seluruhnya adalah “sayap”?
Angin.

28- Apakah yang tidak memiliki ruh akan tetapi menghembuskan nafas?
Subuh.
“Dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing” [QS. At-Takwir (81): 18]

29- Siapakah yang di dalam shalatnya tidak rukuk dan sujud?
Seorang yang sedang mendirikan “shalat mayit”.

30- Siapakah yang mencintai “fitnah”?
Seorang yang mencintai harta benda dan anak-anaknya. (Sebagaimana diungkapkan dalam surat al-Anfal (8) ayat 28 mengenai mereka hal tersebut sebagai “fitnah atau ujian dan cobaan” dan bukan maksud artinya yang masyhur (kerusakan), dan Imam Ali as memperkenalkan orang tersebut dari kalangan wali-wali Allah swt.
[Manaqib Ibnu Syahr Asyub, jilid 2, hal 399, cetakan Doktor Yusuf Al-Baqa’i, Beirut]

31- Siapakah yang mendirikan shalat tanpa wudhu dan shalatnya sah?
Orang yang mendirikan shalat mayit.

32- Siapakah yang tidak berayah dan terlahir dengan mukjizat?
Nabi Isa as.

33- Siapakah orang yang tidak memiliki sanak keluarga sama sekali?
Nabi Adam as.

34- Pohon apakah yang pertama kali tumbuh di muka bumi?
Pohon kurma (Nabi Adam as membawa pohon kurma tersebut dari surga).

35- Apakah sumber air pertama bumi?
Sumber air kehidupan (Nabi Khidhir as meminum darinya dan memperoleh kehidupan kekal).

36- Apakah tiga hal yang tidak ada empatnya?
Talaq (karena dalam Islam seorang wanita tidak dapat ditalaq atau cerai lebih dari tiga kali secara beruntun dan setelah kali ketiga tidak dapat menikah dengan wanita tersebut kecuali wanita tersebut menikah dengan laki-laki lain dan ketika ditalaq maka wanita itu dapat menikah dengan suami sebelumnya).

37- Apakah yang pada masa hidupnya minum dan matinya makan?
Tongkat nabi Musa as (ketika masih berbentuk ranting di atas pohon minum atau menyerap air dan ketika menjadi tongkat nabi Musa as melahap atau makan ular-ular para tukang sihir istana Fir’aun).

38- Apakah perbedaan kebenaran dan kebatilan?
Empat jari (ditanyakan kepada Imam Ali as, apakah arti ucapan ini? Imam Ali as menyodorkan jari-jari dan mengangkatnya kemudian meletakkannya di antara telinga dan mata, kemudian berkata: Kebatilan adalah yang engkau katakan aku telah mendengar dan kebenaran adalah yang engkau katakan aku telah melihat).
[Nahjul Balaghah, khutbah 141]

39- Bagaimanakah rasa air?
Seperti rasa kehidupan.
[Manaqib Ibnu Syahr Asyub, jilid 2, hal 426]

40- Siapakah orang berakal?
Orang yang berakal adalah yang meletakkan segala sesuatu pada tempatya…
[Nahjul Balaghah, hikmah 235]

41- Kuburan manakah yang menggerakkan isinya (kuburan berjalan)?
Perut ikan yang memenjarakan dan menimpa nabi Yunus as.

42- Utusan dan rasul apakah yang tidak tergolong dari bangsa jin, manusia, malaikat dan setan?
Burung Hud-hud nabi Sulaiman as (yang diutus sebagai delegasi dan pembawa surat nabi Sulaiman ke arah Yaman).

43- Berapakah jarak antara masyriq (arah matahari terbit atau timur) dan maghrib (arah matahari tenggelam atau barat)?
Perjalanan sehari matahari. (Akhir-akhir ini telah terbukti bahwa matahari dengan tata suryanya bergerak ke arah bintang Vega dengan kecepatan 20 kilometer perdetik secara spiral).
[Rah-e Takamul, jilid 2, hal 234]

44- Bagaimana Allah swt akan menghakimi hamba-hamba-Nya yang banyak ini?
Sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada mereka semua.

45- Kapankah yang tidak termasuk siang dan malam hari?
Satu jam sebelum matahari terbit.

46- Apakah gembok dan kunci langit?
Gembok langit adalah menyekutukan Allah swt dan kuncinya adalah La Ilaha Illallah (Tiada tuhan selain Allah).

47- Daratan manakah yang disinari oleh matahari hanya sekejap?
Daratan yang muncul sekejap di sungai Nil (di Mesir) dan kaum nabi Musa as melaluinya.
[Manaqib Ibnu Syahr Asyub, jilid 2, hal 426]

48- Apakah yang memperingatkan pasukannya untuk mundur akan tetapi bukan bangsa manusia dan juga bukan jin?
Semut (ketika melihat pasukan nabi Sulaiman as datang, ia menginstruksikan supaya pasukannya mundur dari tempat yang akan dilalui oleh tentara nabi Sulaiman as).

49- Siapakah yang memakan bangkai?
Orang yang memakan ikan dan belalang.

50- Siapakah yang memakan darah (pemakan darah)?
Orang yang memakan hati.

Catatan: Pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban yang tidak disebutkan reverensinya berasal dari kitab yang sangat berharga Allamah Syusytari pengarang “Qamus Ar-Rijal” yang dicetak di percetakan Haidariyyah dengan judul “Qadha’ Amiril Mukminin as”. Dan demikian juga layak untuk disebutkan bahwa Imam Ali as memberikan jawaban soal-soal tersebut berdasarkan tingkatan pemikiran masyarakat yang jika seseorang ingin mentelaah pada sebagiannya dengan kejelian rasional, maka menimbulkan pertanyaan akan tetapi berdasarkan tingkatan umum maka hal tersebut harus diperhatikan.

Doa Maulana Saad :

1. Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami
2. Ya Allah tutupilah kesalahan-kesalahan kami
3. Ya Allah tukarkanlah keburukan-keburukan kami dengan kebaikan-kebaikan
4. Ya Allah masukkanlah haqikat iman ke dalam hati kami
5. Ya Allah kurniakanlah sifat iman ke dalam diri kami
6. Ya Allah kurniakanlah pengikhtirafan Mu kepada kami
7. Ya Allah kurniakanlah kami hubungan yang khusus dgn Dzat Mu
8. Ya Allah Engkau adalah milik kami dan kami adalah milik Engkau
9. Ya Allah bantulah kami dengan amalan-amalan yang Engkau redhai
10. Ya Allah tetapkanlah kami di dalam amalan-amalan yang Engkau redhai
11. Ya Allah kurniakanlah kami kekuatan istikhlas dan istiqamat
12. Ya Allah satukanlah ummat ini dengan usaha dakwah
13. Ya Allah jadikanlah setiap individu ummat ini sebagai Dai agama Mu
14. Ya Allah kurniakanlah kepedihan atas keruntuhan agama di dalam hati-hati ummat ini
15. Ya Allah gunakanlah setiap kemampuan kami dalam kerja agama
16. Ya Allah gunakanlah ummat ini untuk buat pengorbanan bagi agama Mu
17. Ya Allah kurniakanlah hidayah kepada seluruh ummat
18. Ya Allah Engkaulah satu-satunya yang membuat tarbiyah haqiki hanya tarbiyahmulah yang Haqikat tarbiyah
19. Ya Allah tarbiyahlah ummat ini dengan sebaik-baiknya
20. Ya Allah kurniakanlah kami kehidupan sunnah Nabi Saw
21. Ya Allah hidupkanlah sunnah Nabi Saw pada setiap diri ummat
22. Ya Allah kurniakanlah kebencian di dalam hati kami terhadap cara hidup orang kafir dan hidupkanlah sunnah-sunnah Nabi di dalam diri kami
23. Ya Allah keluarkanlah sifat hewaniyah dan tidak berakhlak dari diri kami
24. Ya Allah kurniakanlah sifat insaniyah dalam diri kami
25. Ya Allah tunjukilah setiap individu dari ummat ini
26. Ya Allah amkanlah hidayat kepada seluruh ummat
27. Ya Allah luaskanlah jalan-Jalan hidayat
28. Ya Allah tutupkanlah pintu-Pintu bathil
29. Ya Allah hancurkanlah suara-suara bathil
30. Ya Allah gagalkanlah rancangan-rancangan bathil
31. Ya Allah peliharalah usaha-usaha agama ini, rekan-rekan usaha agama, Markas-Markas Usaha Agama, Masjid-Masjid Buat Usaha Agama, Madrasah-Madrasah san semua Pergerakan-Pergerakan agama yang haq
32. Ya Allah bantulah kami di dalam setiap langkah kami
33. Ya Allah tunjukilah kami di dalam setiap langkah kami
34. Ya Allah kurniakanlah taufik kepada kami untuk berbuat kebaikan-kebaikan
35. Ya Allah bantulah kami dengan usaha-usaha agama yang penting ini
36. Ya Allah kurniakan keampunan, tutupkan kesalahan dan mudahkanlah kami
37. Ya Allah kurniakanlah ihsan Mu kepada kami
38. Ya Allah mudahkanlah segala urusan kami dengan fadhilat Mu
39. Ya Allah tanamkanlah keyaqinan atas nusrah ghaibiahMu ke dalam hati kami dan
Engkau turunkanlah nusrah ghaibiahMu kepada kami
40. Ya Allah dimana diperlukan hujan, Engkau turunkanlah hujan rahmatMu (3x)
41. Ya Allah jangan pandang ummat ini dengan pandangan murka Mu tapi pandanglah ummat ini dengan pandangan ihsan Mu
42. Ya Allah jadikan ummat ini menyesal atas dosa-dosa yang telah dilakukannya dan kurniakanlah taufik untuk bertaubat
43. Ya Allah jangan hindarkan rahmat dan ihsan Mu kepada ummat ini
44. Ya Allah kasihanlah dan rahmatilah ummat ini, Engkau turunkanlah hujan rahmatMu (3x)
45. Ya Allah keluarkanlah segala harapan dari dalam hati kami kepada ghairuKa, kurniakanlah kami taufik untuk mengambil manfaat secara langsung dari Dzat Mu
46. Ya Allah keluarkanlah yakin yang salah kepada makhluk dari dalam hati kami dan tetapkan kami di dalam menaati perintah-perintah Mu
47. Ya Allah kepada orang-orang yang berhutang, Engkau bantulah mereka dengan pertolongan ghaibiahMu untuk menyelesaikan masalah mereka
48. Ya Allah sembuhkanlah orang-orang yang sakit
49. Ya Allah keluarkanlah kelemahan-kelemahan zahir dan batin kami
50. Ya Allah kurniakanlah kekuatan zahir dan batin kepada kami
51. Ya Allah kepada mereka yang ada masalah dengan Mahkamah, Engkau bebaskanlah mereka
52. Ya Allah kurniakanlah fikir akhirat di dalam hati-hati setiap ummat
53. Ya Allah hapuskanlah segala kelalaian di dalam diri kami
54. Ya Allah kurniakanlah risau akhirat di dalam hati kami
55. Ya Allah dengan ihsan Mu dan rahmat Mu… Terimalah Doa Kami…
(ehsan dari rakan khidmat nizamuddin)